Jakarta, doreng45.com – Mahkamah Agung (MA) RI memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 dengan menggelar pagelaran wayang kulit bertajuk “1 Layar 4 Dalang” dengan lakon “Banjaran Kokrosono”. Acara yang digelar pada Jumat (22/8) di Gedung Mahkamah Agung ini telah menjadi tradisi selama lima tahun terakhir dan diikuti secara hybrid oleh seluruh satuan kerja peradilan di Indonesia.
Sebagai puncak acara, empat dalang tampil dengan penuh kharisma. Salah satunya yang paling menyedot perhatian adalah Hakim Agung Prof. Dr. Yanto, SH., MH., atau akrab disebut Ki Yanto, yang kembali menunjukkan kepiawaiannya sebagai dalang sekaligus tokoh penegak hukum.
Ki Yanto, Hakim Agung sekaligus Pelestari Budaya

Ki Yanto bukan wajah baru di dunia pedalangan. Ia konsisten mendalang di berbagai panggung nasional, mulai dari acara komunitas seperti Festival Mie Bakso dan Bazar UMKM di Semarang, peringatan HUT Bhayangkara, hingga forum budaya bergengsi.
Kedekatannya dengan Kapolri membuatnya kerap didapuk menjadi dalang dalam perayaan HUT Bhayangkara, yang kini sudah menjadi tradisi dan selalu dinantikan. Dalam setiap penampilannya, ia selalu menyisipkan pesan tentang hukum, keadilan, dan kebajikan yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Apresiasi dari Tokoh Nasional
Acara ini semakin istimewa dengan kehadiran para tokoh penting, termasuk Kapolri Jenderal Pol. Prof. Dr. Listyo Sigit Prabowo, SIK., MSi., didampingi Kabareskrim Komjen Pol. Dr. Syahardiantono, SIK., MH. Kehadiran mereka memberi makna tersendiri, menunjukkan dukungan dunia hukum terhadap pelestarian budaya sebagai sarana pendidikan karakter.
Ketua Mahkamah Agung, Prof. Dr. Sunarto, SH., MH., dalam sambutannya menegaskan bahwa wayang kulit bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya yang penuh nilai luhur dan petuah moral. Lakon “Banjaran Kokrosono” dinilai sarat filosofi tentang perjuangan menegakkan kebenaran meski menghadapi tantangan berat.
“Peradilan pun harus berpegang teguh pada integritas, profesionalisme, dan keadilan. Kepercayaan publik terhadap peradilan adalah fondasi utama tegaknya negara hukum,” ujar Prof. Sunarto.
Dukungan dari Kalangan Jurnalis
Jurnalis senior Ir. Soegiharto Santoso, SH. (Hoky) juga memberi apresiasi tinggi terhadap penampilan Ki Yanto. Menurutnya, sosok Hakim Agung ini berhasil menjembatani dunia hukum yang kaku dengan dunia budaya yang sarat kearifan.
“Apa yang dilakukan Ki Prof. Dr. Yanto luar biasa. Beliau bukan hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai keadilan dalam bahasa budaya yang mudah dipahami,” kata Hoky.
Dalang Lintas Profesi
Selain Ki Yanto, acara ini juga menghadirkan tiga dalang dari berbagai latar belakang profesi:
-
Ki Bagong Darmono, SH., MH. (Dalang Profesional)
-
Ki Sri Kuncoro Brimob (Anggota Brimob)
-
Ki Purbo Asmoro, S.Kar., M.Hum. (Dosen)
Hadir pula jajaran pejabat tinggi negara, termasuk Ketua MA periode 2020–2024, pimpinan Mahkamah Konstitusi, Hakim Agung, Hakim Ad Hoc, anggota Komisi Yudisial, serta tokoh-tokoh penting lainnya.
Pagelaran wayang kulit ini menjadi refleksi perjalanan panjang Mahkamah Agung sekaligus pengingat bahwa hukum dan budaya adalah dua elemen penting yang menopang peradaban bangsa. (Hend)