doreng45.com – Mencari pekerjaan di era digital saat ini bagaikan memasuki lautan tanpa peta. Persaingan ketat dan persyaratan yang tidak masuk akal menjadi batu sandungan bagi para pencari kerja, terutama Generasi Z (Gen Z).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa 10 juta penduduk berusia 15-24 tahun atau Gen Z mengalami pengangguran atau Not Employment, Education, or Training (NEET). Angka ini menunjukkan realitas pahit yang dihadapi Gen Z dalam memasuki dunia kerja.
Banyak lowongan kerja yang mensyaratkan pendidikan minimal S1, usia maksimal 25 tahun, bahkan jenis kelamin laki-laki. Persyaratan ini dinilai tidak relevan dengan kualifikasi dan kemampuan individu, sehingga menghambat peluang kerja bagi banyak orang.
Gen Z, sebagai generasi yang lahir di era digital, memiliki potensi dan talenta yang beragam. Namun, persyaratan kerja yang kaku dan diskriminatif ini mematahkan semangat dan menghambat mereka dalam mengembangkan potensi diri.
Perubahan pola pikir dan sistem perekrutan dari perusahaan sangatlah penting. Perusahaan perlu fokus pada kompetensi dan keahlian individu, bukan hanya pada ijazah dan usia. Pemerintah juga perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, sehingga Gen Z memiliki bekal yang lebih memadai untuk memasuki dunia kerja. (Dex)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS): https://www.bps.go.id/