Lumajang, doreng45.com – Upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) digencarkan di Desa Tekung melalui fogging terpadu di Dusun Magersari, Jumat (5/12/2025). Kegiatan yang digelar Puskesmas Tekung ini didampingi langsung oleh Babinsa Tekung Koramil 0821-15, Serda Aris Purwanto, untuk memutus mata rantai penyebaran nyamuk Aedes aegypti di permukiman padat penduduk.
Pelaksanaan fogging DBD ini merupakan respons antisipatif menyusul cuaca yang tidak menentu dan peningkatan potensi perkembangbiakan nyamuk. Sinergi antara TNI, tenaga kesehatan, dan perangkat desa ini bertujuan memaksimalkan dampak pencegahan sekaligus mengedukasi warga.
Dalam keterangannya, Serda Aris Purwanto menekankan bahwa fogging hanyalah salah satu langkah darurat. Menurutnya, kunci utama pencegahan DBD terletak pada kesadaran dan aksi nyata masyarakat.
“Kami hadir untuk mendukung keamanan dan kelancaran kegiatan ini. Namun, yang jauh lebih penting adalah komitmen warga untuk menerapkan gerakan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air. Tanpa itu, upaya fogging tidak akan maksimal,” jelas Babinsa Tekung tersebut.
Pernyataan itu diamini oleh Bidan Desa Magersari, Ike Nia Permata, Amd.Kep. Ia menggarisbawahi bahwa fogging hanya efektif membasmi nyamuk dewasa, bukan jentik atau telurnya.
“Edukasi adalah kunci. Kami terus mengingatkan warga bahwa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui pola hidup bersih adalah pertahanan terbaik. Fogging ini harus dipandang sebagai pendukung, bukan solusi tunggal,” tegasnya.
Kepala Dusun Magersari, Waqik, menyambut baik kolaborasi lintas sektor ini. Ia mengapresiasi dukungan Babinsa dan tenaga kesehatan yang turun langsung ke lapangan.
“Kegiatan ini sangat penting, terutama menjelang musim penghujan di mana risiko DBD meningkat. Kehadiran Babinsa Tekung dan tim Puskesmas memberi rasa aman sekaligus memotivasi warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan,” ungkap Waqik.
Fogging berjalan lancar dengan partisipasi aktif warga yang memastikan rumah dan lingkungannya siap untuk disemprot. Sinergi ini diharapkan tidak berhenti pada satu kegiatan, tetapi menjadi model kampanye kesehatan berkelanjutan di tingkat desa.
Upaya terpadu ini menjadi bukti nyata bahwa pencegahan DBD memerlukan pendekatan holistik: dari tindakan teknis kesehatan hingga pendampingan dan pemberdayaan komunitas oleh aparat kewilayahan seperti Babinsa.
(Guntur Tri Mulyo)










