SMA Muhi Jalin MoU Internasional dengan Marshall Cavendish Education Singapura

Yogyakarta, doreng45.com – SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (SMA Muhi) menjalin kerja sama internasional dengan Marshall Cavendish Education (MCE), Singapura, melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada Rabu (25/6/2025) di ruang kepala sekolah.

Penandatanganan ini dihadiri oleh Ketua Majelis Dikdasmen-PNF PWM DIY Achmad Muhamad, M.Ag, serta perwakilan MCE Singapura yakni Mr. Bernard Liang dan Mr. Soon Jinn Lim selaku Head of Education.

banner 336x280

Kepala SMA Muhi, Drs. H. Herynugroho, M.Pd, menyampaikan bahwa kerja sama ini bertujuan meningkatkan penguasaan teknologi kecerdasan buatan (AI) di kalangan guru. Melalui pelatihan ini, guru diharapkan mampu mengintegrasikan AI dalam pembelajaran untuk mempercepat kompetensi pengajaran di era digital.

“Kami berharap guru tidak lagi mengajar secara manual, tetapi bertransformasi menuju pembelajaran digital. Sementara siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi mampu memanfaatkannya secara aktif untuk belajar,” ujar Herynugroho.

Ia menambahkan, kerja sama ini merupakan bagian dari program internasionalisasi sekolah Muhammadiyah, yang difasilitasi Majelis Dikdasmen PWM DIY. Program mencakup pelatihan kurikulum AI dan Coding yang terintegrasi dengan mata pelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics, and Arts).

Herynugroho mengutip pandangan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong bahwa pendidikan harus mampu memaksimalkan potensi siswa dan tetap menjaga unsur joyful learning. Ia menyebut MCE telah merancang kurikulum Coding dari jenjang SD hingga SMA, dilengkapi dengan rencana pembelajaran, materi digital, kuis, hingga sertifikat akhir.

Mewujudkan Pendidikan Unggul dan Adaptif

Dalam sambutannya, Achmad Muhamad, M.Ag mengapresiasi langkah SMA Muhi yang dinilainya sejalan dengan visi Muhammadiyah: hadir, membangun, dan mengubah zaman melalui kemajuan.

“Inisiatif ini adalah bentuk kesiapan menyongsong era Education 5.0, khususnya dalam penguatan critical thinking dan computational thinking,” ujarnya.

Sementara itu, Mr. Soon Jinn Lim memaparkan bahwa MCE telah menjadi penyedia kurikulum berbasis AI untuk seluruh sekolah publik di Singapura dan bekerja sama dengan sejumlah negara, seperti Kazakhstan, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.

Menurutnya, penguasaan Coding terbukti dapat meningkatkan performa akademik siswa. Hasil riset internal MCE menunjukkan bahwa siswa yang belajar matematika ditambah Coding memiliki nilai 17 persen lebih tinggi dibandingkan yang hanya mempelajari matematika.

“Guru tidak akan tergantikan oleh AI, tetapi guru yang tidak melek teknologi akan tergantikan oleh guru yang bisa memanfaatkannya,” tegasnya.

AI sebagai Game Changer dalam Pendidikan

Guru Teknologi Informasi SMA Muhi, Ismalik Perwira Atmadja, M.Pd menjelaskan bahwa pembelajaran Coding disusun secara ringkas — hanya 40 hingga 60 menit per minggu — namun sudah mencakup materi lanjutan, seperti pemrograman Python, pengembangan aplikasi mobile, situs web, hingga game development.

“World Economic Forum 2022 menetapkan generative AI sebagai game changer dalam berbagai industri, termasuk pendidikan. Sekolah masa depan harus mengembangkan 10 keterampilan utama yang relevan dengan perkembangan teknologi,” tandasnya.

Melalui kerja sama ini, SMA Muhi menegaskan komitmennya menjadi sekolah unggul berkemajuan yang siap bersaing di tingkat global.

Penanggung Jawab Berita: Yusron Ardi Darmawan, M.Pd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *