doreng45.com – Dalam kehidupan pribadi, organisasi, hingga kebijakan pemerintahan, banyak orang kerap terjebak dalam tindakan berulang yang tidak lagi produktif dan justru merugikan. Fenomena ini dikenal dengan sebutan The Dead Horse Theory, sebuah teori yang mengajarkan pentingnya keberanian untuk mengakui kegagalan dan menghentikan sesuatu yang sudah tidak berguna.
Dalam penjelasannya, The Dead Horse Theory menggambarkan bagaimana manusia sering kali bersikukuh melanjutkan hal-hal yang sudah jelas-jelas sia-sia, seolah masih memiliki manfaat. Tindakan ini biasanya didasari oleh egoisme, ketololan, kesombongan, atau dorongan pencitraan palsu.
Teori ini menekankan bahwa manusia harus memiliki jiwa ksatria, jujur, dan bijaksana untuk mengakui kegagalan serta berani mengambil langkah baru yang lebih bermanfaat. Menghentikan kegiatan yang tidak efektif bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kecerdasan dalam mengambil keputusan strategis.
“Manusia bijak harus mengakui dan menerima kenyataan dengan legowo. Lepaskan hal-hal yang rusak dan tidak bisa diperbaiki, lalu cari dan terapkan hal baru yang lebih bermanfaat,” demikian tertulis dalam kutipan teori tersebut.
Salah satu analogi kuat dalam teori ini berasal dari pepatah Suku Indian: “Jika kita menyadari sedang menunggangi kuda mati, cara terbaik adalah turun dan mencari kuda lain.” Artinya, ketika suatu usaha atau metode sudah tidak lagi berfungsi, lebih baik mencari solusi baru daripada terus memaksakan sesuatu yang jelas tidak berguna.
Tokoh yang mengangkat kembali teori ini, Indra Brahmana, mengajak masyarakat untuk lebih waras dalam menghadapi kenyataan, menghindari pemborosan tenaga, waktu, dan pikiran demi sesuatu yang tidak efektif.
“Salam Waras!!!” tulis Indra Brahmana menutup penjelasannya, sebagai seruan untuk menggunakan akal sehat dan keberanian dalam menilai ulang langkah hidup, organisasi, maupun kebijakan. (Indra Brahmana)