Jakarta, doreng45.com – Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS) menggelar Dialog Nasional bertajuk “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045” di Auditorium Podomoro University, Jakarta, Sabtu (7/9/2024). Forum ini menghadirkan Ketua Dewan Pembina FORMAS, Hashim Djojohadikusumo, sebagai pembicara utama bersama Ketua Yayasan Tarumanagara, Ariawan Gunadi.
Dalam dialog tersebut, Hashim menyoroti program makan siang gratis atau makanan bergizi bagi anak sekolah yang diinisiasi Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Menurut Hashim, pendidikan bangsa perlu ditangani dengan pendekatan holistik.
“Bagaimana mungkin menuju Indonesia Emas 2045 jika pendidikan, kesehatan, dan gizi anak-anak sangat buruk. Kondisi guru kita juga memprihatinkan dengan gaji yang rendah; banyak yang terpaksa menjadi ojek online,” kata Hashim di hadapan ratusan peserta dialog dan sejumlah rektor universitas ternama.
Hashim, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, menyebutkan bahwa setiap tahun ada 50 ribu anak di Indonesia terlahir dengan kondisi cacat akibat kemiskinan. Ia menambahkan bahwa 18 juta anak Indonesia berangkat sekolah tanpa sarapan karena keterbatasan ekonomi keluarga.
“Bonus demografi yang seharusnya menjadi aset bangsa bisa menjadi beban jika masalah pendidikan dan gizi anak tidak segera diatasi. Akar persoalannya adalah bagaimana memberdayakan anak agar belajar dengan sehat dan guru sejahtera,” tambah Hashim.
Hashim mengapresiasi anggaran sebesar 71 triliun rupiah untuk program makanan bergizi bagi anak sekolah oleh pemerintahan saat ini. “Karena Pak Prabowo belum menjabat, angka ini masih 71 triliun. Terima kasih sudah ada perhatian, tapi program ini butuh 450 triliun, dan saya yakin dananya ada,” ujarnya.
Hashim juga mengungkapkan bahwa lebih dari 300 perusahaan kelapa sawit ilegal di Indonesia menebang hutan dan menanam sawit tanpa melaporkannya ke pemerintah, yang seharusnya membayar denda hingga 300 triliun rupiah.
“Selain itu, ada banyak komoditas yang terkena pengawasan barang subsidi dengan potensi penerimaan negara mencapai 300 triliun rupiah. Ini sudah diterapkan di beberapa negara,” terang Hashim.
Menurutnya, potensi penerimaan negara bisa mencapai 600 triliun rupiah dari dua sumber tersebut, yang bisa dialokasikan untuk program makan bergizi. “Program ini sudah dijalankan oleh 76 negara, dan semoga kita bisa menjadi negara ke-77,” harap Hashim.
Mengutip pernyataan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Hashim menegaskan bahwa masalah pendidikan akan menjadi prioritas utama pemerintahan mendatang.
“Pak Prabowo menunjuk jenderal kredibel sebagai kepala sekolah Taruna yang diyakini mampu menghasilkan pemimpin masa depan. Lulusan SMA Taruna ini bahkan akan ada yang menjadi menteri dalam kabinet baru,” ungkap Hashim sambil membocorkan sedikit calon menteri mendatang.
Dialog ini juga menghadirkan lima narasumber kompeten di bidang pendidikan, yakni SY Soeharso dari Vox Point Indonesia, Dhitta Puti Sarasvati dari Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas, Ifa Hanifsh Misbach dari Jabar Masagi, Alpha Amirrachman dari PP Muhammadiyah, dan Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman dari SMA Taruna Nusantara.
Salah satu narasumber, Dhitta Puti Sarasvati, menegaskan bahwa target Indonesia Emas 2045 bisa menjadi mimpi jika kondisi pendidikan tidak segera diperbaiki. “Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi mimpi jika pendidikan nasional masih seperti sekarang,” tandas Dhitta.
Alpha Amirrachman dari PP Muhammadiyah menambahkan pentingnya pelibatan semua kalangan dalam penyusunan draft Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. “Kami pernah berjuang menolak revisi UU Sisdiknas yang akhirnya dibatalkan, dan kali ini pembahasan harus melibatkan lebih banyak pihak,” ujar Alpha.
Sementara itu, Ketua Umum FORMAS Yohanes Handojo Budhisedjati menyatakan bahwa FORMAS akan terus mendukung pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pendidikan dan gizi anak.
“Masalah gizi buruk sangat mempengaruhi proses belajar. Program makanan bergizi bagi anak sekolah harus didukung semua pihak, dan ini menjadi tujuan utama FORMAS,” kata Handojo.
Dialog nasional ini disponsori oleh Podomoro University dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), dan dihadiri oleh rektor dari berbagai universitas serta tokoh nasional seperti Sudirman Said dan Chandra Jap. (HGM)