doreng45.com, – Mengonsumsi makanan haram bukan hanya sekadar pelanggaran syariat, tetapi juga dapat menjadi pintu masuk bagi kerusakan jiwa dan akhlak. Sebuah makanan yang tampak sederhana bisa menjadi racun yang perlahan-lahan menggelapkan hati, mengaburkan pikiran, dan mendorong perilaku menyimpang. Betapa besar dampaknya jika kita tidak menyadarinya? Mari kita telusuri lebih dalam—karena apa yang kita makan dapat menentukan siapa kita sebenarnya.
Makan makanan haram dalam Islam memiliki dampak signifikan terhadap pikiran, jiwa, dan perilaku seseorang. Berikut adalah beberapa dampaknya:
- Dampak pada Pikiran: a. Pengaburan Pemahaman: Makanan haram dapat mengganggu kejernihan pikiran, mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membedakan antara yang benar dan salah, serta mengurangi kepekaan spiritual terhadap ajaran agama Islam.
b. Kesulitan dalam Berpikir Kritis: Pikiran yang tercemar oleh sesuatu yang haram mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan analisis mendalam dan kritis, yang pada akhirnya mempengaruhi pengambilan keputusan.
- Dampak pada Jiwa: a. Kegelapan Hati: Konsumsi makanan haram dapat menggelapkan hati, menjauhkan seseorang dari petunjuk Allah, dan menutup pintu hidayah. Jiwa menjadi kurang peka terhadap dosa dan lebih sulit menerima kebaikan.
b. Penurunan Spiritualitas: Makanan haram dapat menghalangi keberkahan, sehingga ibadah seseorang menjadi kurang bermakna dan kurang diterima oleh Allah SWT.
- Dampak pada Perilaku: a. Perilaku Negatif: Makanan haram dapat mendorong perilaku yang tidak bermoral, seperti kecenderungan untuk berbohong, curang, atau melakukan perbuatan dosa lainnya. Hal ini karena makanan haram menumbuhkan karakter buruk dalam diri seseorang.
b. Kesulitan dalam Berbuat Baik: Makanan haram dapat menghalangi seseorang dari melakukan kebajikan dan memperkuat kecenderungan untuk melakukan kejahatan atau perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam Islam, menjaga kehalalan makanan sangat penting karena memiliki hubungan langsung dengan kebersihan hati, kemurnian jiwa, dan perilaku seseorang. Rasulullah SAW bersabda bahwa makanan yang halal adalah salah satu syarat diterimanya doa dan ibadah seorang hamba. Oleh karena itu, seorang Muslim diharuskan untuk selalu memastikan bahwa apa yang mereka konsumsi adalah halal dan thayyib (baik).
Pada akhirnya, makanan yang kita konsumsi tidak hanya mempengaruhi tubuh fisik, tetapi juga mempengaruhi pikiran, jiwa, dan perilaku kita. Makanan haram dapat menggelapkan hati, membingungkan pikiran, dan menjauhkan kita dari nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, menjaga kehalalan makanan bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga merupakan kebutuhan spiritual yang mendalam. Dengan memilih makanan yang halal, kita tidak hanya menjaga diri dari dosa tetapi juga memastikan jiwa kita tetap bersih, pikiran jernih, dan perilaku selaras dengan ajaran agama.
Oleh : Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI