Demak, doreng45.com – Menjelang bulan Ramadan, masyarakat Desa Kalitengah, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, menggelar tradisi Nyadran Houl Punden sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur, yakni Kyai Tholu, Nyai Rubiyah, dan Kiai Santri. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap akhir bulan Ruwah dalam kalender Jawa.
Pada Sabtu (22/2/2025), warga secara serentak menggelar doa arwah jamak dan khatam Al-Qur’an di setiap rumah. Kegiatan ini merupakan wujud rasa syukur dan penghormatan kepada para pendiri desa.
Sejarah Kyai Tholu dan Asal-usul Desa Kalitengah
Kyai Tholu dikenal sebagai pendiri Desa Kalitengah dan merupakan murid Syekh Hasan Munadi dari Nyatnyono yang mendapat tugas ke Kasultanan Demak Bintoro. Dalam perjalanan menuju kawasan selatan Demak, Kyai Tholu merasakan kehausan yang amat sangat hingga dadanya terasa bergetar, atau dalam bahasa Jawa disebut “bengkah.”
Lokasi tempat kejadian ini dikenal sebagai Dukuh Bengkah di Desa Wonosekar, Kecamatan Karangawen. Dari tempat tersebut, Kyai Tholu melihat pancaran air di arah utara dan berjalan menuju sumber tersebut. Namun, sesampainya di sana, air tersebut hanya fatamorgana yang dalam bahasa Jawa disebut “balong.”
Karena merasa jengkel, Kyai Tholu kemudian menyabdakan tempat tersebut sebagai “Balong Moso Ketigo Orak Iso Cewok Yen Renseg Orak Iso Ndodok,” yang kini dikenal sebagai Dukuh Balong di Desa Margoayu, Kecamatan Karangawen.
Sumur Keramat Nyamplung dan Asal-usul Nama Kalitengah
Punden Desa Kalitengah memiliki hubungan erat dengan Sumur Keramat Nyamplung yang terletak di tengah desa, tepatnya di RT 6 RW 2. Sumur ini dipercaya muncul ketika Kyai Tholu mencabut pohon rumput gelagah hingga akarnya tercabut dan mengeluarkan sumber mata air. Sumur tersebut hingga kini disebut Sumur Keramat Nyamplung dan dianggap memiliki nilai spiritual oleh masyarakat setempat.
Asal-usul nama Kalitengah juga berkaitan dengan perjalanan Kyai Tholu. Setelah menimba ilmu dari Sunan Kalijaga di Kadilangu, dalam perjalanan pulang ke Nyatnyono, ia berhenti di tengah-tengah kawasan desa karena mendengar adanya bahaya di Nyatnyono. Tempat di mana Kyai Tholu berhenti ini kemudian disebut Sakal Mandeg Ning Tengah-Tengah, yang akhirnya disingkat menjadi Kalitengah.
Peran Nyai Rubiyah dan Kiai Santri
Setelah menetap di Desa Kalitengah, Kyai Tholu menikah dengan Nyai Rubiyah. Mereka menjalani kehidupan di desa tersebut bersama murid setianya, Kiai Santri, yang juga dihormati oleh masyarakat sebagai tokoh penting dalam sejarah Desa Kalitengah.
Melalui tradisi Nyadran Houl Punden, masyarakat Desa Kalitengah terus melestarikan budaya lokal sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan menjaga warisan sejarah yang menjadi identitas desa.
(Tiem Tedy)